Lebih lanjut, Bung Hafiz sapaan akrab kordinator HWRG tersebut, menjelaskan HRWG selama ini melakukan dua pendekatan, pertama pemerintah sebagai pemangku kewajiban harus membangun culture toleransi ditengah masyarakat, dimana pemerintah harus membangun proses dialog atar umat beragama, membuat kaum minoritas merasa dilindungi. Kedua mendorong komunitas dan organisasi keagamaan harus menjadi jangkar masyarakat untuk membangun toleransi, sehingga arus toleransi ini dapat diikuti oleh masyarakat, tapi jika sebaliknya kelompok itu yg menyebarkan maka tidak menutup kemungkinan para peganut dan komunitas akan melakikan politik seperti itu.
Kegiatan diskusi tersebut diiukuri sekitar 100 peserta dari kalangan pemuda dan mahasiswa, HRWG selaku penggagas kegiatan, menghadirkan sejumlah nara sumber, diantaranya kordinator nasional TePI, Jeiry Sumampow. Putri Pariwisata Indonesia, Lois Tangel. Wakil Rektor Unsrat Drs. Ronny Gosal, M.Si. PKUB, Wawan Djunaedi. serta dari HRWG, Muhamad Hafiz.
Adapun yang bertindak selaku moderator pada diskusi tersebut, yaitu Sekfung Organisasi GMKI cabang Manado, Combyan Lombongbitung.
“Sebagai Pemuda kita harus menjadi agen toleransi, menjadi Pioner kemajemukan dan keberagaman ini, sebagai aktivis kita harus mampu menjawab tantangan tahun politik, yaitu katakan tidak kepada isu-isu yang ingin mempolitisasi agama suku dan budaya kita, kita adalah satu Indonesia, dari sabang sampai merauke” tutup Combyan saat merangkum hasil diskusi tersebut. (dm/red)