Hingga puncaknya saat Tito dengan pangkat Kompol memimpin tim kecil bernama Cobra yang berhasil menangkap otak pelaku pembunuhan Hakim Saifudin Kartasasmita. Ketika itu, Kapolri Jenderal Surojo Bimantoro menaikan pangkat Tito satu tingkat menjadi AKBP.
Dengan pangkat AKBP ia kemudian menjabat Kasat Serse Keamanan Negara (Kamneg) di Polda Metro Jaya. Sejumlah kasus besar seperti bom digedung DPR MPR (2003), bom di Bandara Soekarno Hatta (2003), bom JW Marriot (2003), kasus pembunuhan Direktur PT Asaba oleh kelompok Gunawan Santosa, bom di Cimanggis Depok (2004), bom di Kedubes Australia (2004) bom Bali II (2005) dan bom di pasar Tentena, Poso (2005) berhasil dia ungkap.
Puncaknya, saat bersama kompatriotnya Idham Aziz yang saat ini menjabat Kabareskrim berhasil melumpuhkan gembong teroris Azhari Husin alias Dr Azhari di Batu, Malang, Jawa Timur pada 9 November 2005. Saat itu Tito kembali mendapatkan lagi Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) menjadi Komisaris Besar (Kombes) dari Kapolri Jenderal Sutanto.
Pengakuan dunia internasional juga diraihnya ketika menjabat sebagai Kepala Sub Detasemen (Kasubden) Intelijen Densus 88 Antiteror Mabes Polri ditahun 2006 hingga 2009). Sebut saja, Terorism Course British High Commissioner di Singapura (2005), Maritime Security Conference and Course di Kuala Lumpur, Malaysia (2006); National Tactical Officers Association (NTOA) Conference and Course di Los Angles (2006); Short Course on Radicalisation by Australian Forgein Affairs and Trade, Sydney Australia (2010).
Dari banyak catatan, melejitnya karir Tito di Kepolisian sejalan dengan kemampuannya menggalang kerjasama tim untuk mengungkap berbagai kejahatan seperti kasus korupsi Bulogate, hingga kasus pengeboman dan tindak pidana terorisme mulai dari bom buku sampai bom di Kedubes Australia sampai membongkar jaringan terorisme di Poso dan separatis Papua.
Saat menjadi Kapolri, kebijakan mendasar Promoter (Profesional Modern dan Terpercaya) dilakukannya dan ini sangat berpengaruh di internal Kepolisian. Tito paham betul bagaiamana meningkatkan kompetensi SDM Polri yang semakin berkualitas melalui kapasitas pendidikan dan pelatihan serta melakukan pemolisian berdasarkan prosedur baku yang sudah dipahami, dilaksanakan dan dapat diukur keberhasilannya.
Dan mendorong Kepolisian modern dengan melakukan modernisasi dalam layanan publik yang didukung teknologi sehingga semakin mudah dan cepat diakses oleh masyarakat termasuk kebutuhan Alat Material Khusus (Almatsus) dan Alat Perlengkapan Keamanan (Alpakam) yang modern. Dan terpercaya yakni dengan melakukan reformasi internal menuju polisi yang bersih dan bebas dari KKN demi terwujudnya penegakan hukum yang objektif, transparan, akuntabel dan berkeadilan. (ml/humas polri)