Paus Fransiskus Bakal Kunjungi Mongolia, Begini Kondisi Kehidupan Beragama

Logo kunjungan Paus Fransiskus ke Mongolia. (Foto: vaticannews.va)

Berharap Bersama

Melepaskan moto perjalanan apostolik – Berharap Bersama – Kantor Pers Tahta Suci menjelaskan bahwa moto tersebut dipilih untuk menekankan makna ganda Perjalanan Apostolik Bapa Suci ke Mongolia: kunjungan pastoral dan kunjungan kenegaraan.

Bacaan Lainnya

“Harapan”, kebajikan murni Kristen, sebuah pernyataan ditambahkan, adalah salah satu yang juga dibagikan secara luas di kalangan non-Kristen. Dengan mengaitkannya dengan kata keterangan ‘Bersama’, moto tersebut menggarisbawahi pentingnya kerja sama bilateral antara Tahta Suci dan Mongolia.

Berharap Bersama mewakili cita-cita bersama dan juga elemen yang akan menjadi ciri perjalanan.

“Kehadiran Bapa Suci mewakili bagi sebagian kecil Umat Allah ini suatu tanda harapan dan dorongan yang besar dan di sisi lain Gereja yang ada di Mongolia, dengan kekecilan dan keterpinggirannya, dapat memberikan tanda harapan bagi Gereja universal,” ungkap pernyataan resmi Kantor Pers Vatikan.

 

Logo

Pernyataan Kantor Pers tersebut juga menjelaskan tentang logo yang menampilkan peta Mongolia yang digariskan dengan warna merah dan biru, warna bendera nasional.

Di dalam perbatasan ada bentuk ger (tempat tinggal tradisional Mongolia), dari mana asap kuning (warna Vatikan) mengalir ke atas.

Di sebelah kanan ger adalah salib. Ger dan salib terdapat di antara dua prasasti vertikal, dalam bahasa tradisional Mongolia, yang menggemakan moto – “Berharap Bersama”).

 

Paus pertama yang mengunjungi Mongolia

Paus Fransiskus adalah Paus pertama yang mengunjungi negara Asia Timur yang berbatasan dengan Rusia dan China itu. Dengan hanya 3,3 juta penduduk, ini adalah negara berdaulat yang paling jarang penduduknya di dunia.

Setelah runtuhnya dinasti Qing Tiongkok pada tahun 1911, Mongolia memperoleh kemerdekaan dari Republik Tiongkok pada tahun 1921 setelah itu beroperasi sebagai negara satelit Uni Soviet.

Setelah Revolusi Demokratik yang damai dan jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Partai Rakyat Mongolia yang sosial demokrat membentuk kembali lanskap politik negara dan memperkenalkan konstitusi baru.

Berakhirnya represi agama pada tahun 1990 memungkinkan lahirnya kembali kebebasan beragama dan di negara mayoritas Buddha, misionaris Katolik kembali untuk membangun kembali Gereja pada tahun 1992.

Saat ini terdapat sekitar 1.300 umat Katolik yang dibaptis di negara tersebut, yang dipimpin oleh Kardinal Italia Giorgio Marengo. (Yoseph Ikanubun)

Komentar Facebook

Pos terkait