Rasa ingin tahu peserta pun cukup besar terhadap pelbagai persoalan terkait tugas jurnalistik. Ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang mengemuka saat tanya jawab.
Para peserta saling berebutan untuk bertanya dengan beragam pertanyaan, mulai dari cara mewawancarai, menulis berita, meliput daerah konflik hingga bagaimana membedakan berita yang benar dengan hoax atau berita bohong.
Bahkan ada di antara peserta yang tak segan mengkritisi pemberitaan media yang mengangkat seputar privasi seseirang yang terjerat kasus, seperti kasus prostitusi online Vanessa Angel dan kasus Reynhard Sinaga, predator seksual.“Bagaimana dengan jurnalis yang memberitakan hal-hal yang bersifat privasi seperti kasus Reynhard Sinaga? Harusnya yang diangkat kasusnya bukan privasi dan mewawancarai keluarganya. Apakah itu dibenarkan dari sisi jurnalistik?,” tanya salah satu peserta.
Semua pertanyaan dijawab dengan lugas oleh Ikanubun dan Gesimaking. Para peserta pun terlihat puas dan mengerti setiap penjelasan yang diberikan, meski masih banyak yang ingin bertanya namun dibatasi waktu.
Setelah dibekali materi jurnalistik, para peserta diminta untuk membuat berita tentang kegiatan pelatihan tersebut dan memaparkannya. “Umumnya para peserta mampu menulis sebuah berita dengan cukup baik,” ujar Gesimaking.
Gesimaking dalam pesannya saat penutupan kegiatan mengharapkan, kader PMKRI bisa belajar banyak tentang dunia pers. “Apalagi sejumlah alumni PMKRI merupakan jurnalis handal di Sulawesi Utara, bahkan di level nasional,” pungkas Gesimaking yang mengawali karir jurnalistiknya di tahun 2004 bersama Harian Komentar Manado. (joe)