Tidore, DetikManado.com – Idrus Ade (37) adalah salah satu dari sekian banyak orang yang memilih mengabdikan diri untuk mencerdaskan generasi muda di dunia pendidikan. Dia adalah pria asal Tidore, yang menjadi guru di SMAN 14 Tidore Kepulauan.
Lokasi sekolah ini terletak di Desa Maidi, Kecamatan Oba Selatan, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara (Malut). Untuk dapat tiba di desa tersebut, bisa melalui jalur laut kemudian dilanjutkan dengan jalur darat yang memakan waktu kurang lebih empat jam.
Idrus telah mengabdi sebagai guru selama dua belas tahun lebih. Hal ini bermula saat dirinya mendapat informasi bahwa ada sekolah baru yang dibuka di Desa Maidi. Tanpa berpikir panjang, ia lalu mempersiapkan segala keperluan untuk menuju ke bagian selatan Oba.
Namun, niat tulusnya untuk mengabdi menemui tantangan saat pertama kali menginjakkan kaki di Desa Maidi pada Januari 2012 silam.
“Saya tidak tahu kondisi di sana seperti apa saat saya tiba tahun 2012. Akses jalan masih sangat sulit, tidak ada jaringan seluler, dan tidak ada listrik,” ujar Edoz sapaan akrabnya ini sambil tersenyum.
Tantangan ternyata begitu banyak pada awal karirnya. Namun, Edoz tetap teguh pada pendiriannya untuk mencerdaskan generasi muda. Baginya, mendidik di daerah terpencil itu banyak tantangan.
“Di awal saat saya mengajar, fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar sangat terbatas. Belum lagi kami dihadapkan pada orang tua yang belum memahami pentingnya pendidikan untuk anaknya pada saat itu,” kenang Edoz.

Setelah dua belas tahun lebih mengabdi, sampai hari ini ia punya alasan tersendiri untuk bertahan di Desa Maidi dengan segala keterbatasan dan tantangan.
“Saya bertahan sampai hari ini karena mereka di sana masih membutuhkan guru. Untuk itu saya dan teman-teman guru berupaya agar generasi di sana bisa mengeyam pendidikan tinggi agar kelak bisa menggantikan posisi kami
sehingga daerah ini bisa lebih baik ke depan,” ungkap Edoz.
Hubungan Edoz dengan siswanya juga tidak sebatas di sekolah. Jika di sekolah sebagai siswa, maka di luar jam sekolah dia anggap sudah seperti keluarga, adik maupun teman.
“Saya sering mendengar cerita mereka kemudian mengarahkan ke hal-hal positif. Selain itu saya sering mengajak mereka untuk ikut dengan saya pulang kampung di saat waktu libur,” imbuh Edoz.
Selain sebagai guru pada tahun 2017, pria ini juga terpilih sebagai Ketua Karang Taruna di Kelurahan Cobodoe, Kecamatan Tidore Timur, Kota Tidore Kepulauan. Baginya, hal ini adalah tanggung jawab dan tantangan yang berat. Namun Edoz tak gentar sedikitpun. Ia mampu menjalankan kedua tugasnya dengan baik.
“Kuncinya adalah komunikasi. Saya akan selalu siap jika ada hal urgent yang mengharuskan saya untuk hadir, saya pasti akan hadir (tugas sebagai guru dan Ketua Karang Taruna),” jelas Edoz.
Sekarang, keseharian Edoz adalah sebagai guru dan memimpin pemuda di Kelurahan Cobodoe. Salah satu warga yang berasal juga dari Kelurahan Cobode, Ridwan Oemar kenal betul akan sosok Edoz.
“Sedikit omong, tapi selalu total dalam bekerja. Ia sering bolak-balik seminggu atau dua minggu sekali antara Cobodoe dan Maidi. Sungguh ini perjuangan mulia. Ia mampu menjadi teladan untuk banyak orang terutama teman seprofesinya,” ujar Ridwan.
Sekali pada tahun 2021 atau tepat tiga tahun lalu, Ridwan pernah berkunjung ke Maidi untuk melihat langsung kondisi di sana. Dia menjelaskan, akses jalur darat memang sangat sulit, belum lagi di saat hujan kondisi jalan yang begitu parah seakan menguji kesabaran.
“Hal yang pertama terlintas di pikiranku adalah sesulit inikah mengabdi sebagai guru di pelosok negeri? Mungkin jika aku di posisi ini aku mungkin tidak sanggup,” urai Ridwan.
“Memang benar ketulusan dan keteguhan hati adalah syarat utama daripada sebuah perjuangan,” tutupnya. (Richard Fangohoi)