MANADO, DetikManado.com – Pembatalan lokasi pelaksanaan Kongres Pemuda, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) ke XV, yang semula direncanakan akan berlangsung di Tanah Rencong, Nanggroe Aceh Darussalam 15-18 Desember 2018, kemudian berpindah ke Bogor, menimbulkan keresahan dalam tubuh oraganisasi tersebut.
Keresahan ini datang dari Sekretaris DPD KNPI Manado, Amas Mahmud, Ia menuangkan keresahannya dengan menuliskan ‘Surat Terbuka Untuk Presiden Jokowi’.
Amas, dalam tulisan surat yang diunggah kedalam beranda facebook miliknya, pada Minggu (16/12/2018), mengurai panjang lebar akumulasi persoalan di tubuh induk organisasi pemuda tersebut.
Bahkan dalam surat ini, Bung Amas, sapaan akrab Sekretaris KNPI Manado, secara tegas menyampaikan harapannya kepada Presiden RI Joko Widodo.
“Diharapkan Presiden Republik Indonesia (RI), Ir Joko Widodo (Jokowi) dapat menghadirinya dengan syarat. Tidak membawa agenda terselubung (covert agenda) dalam arena Kongres,” tulis Amas.
Amas sendiri, kepada DetikManado.com, melalui pesan singkat, menyampaikan alasannya menulis surat terbuka untuk Presiden karena banyak riak yang muncul jelang Kongres KNPI ke XV.
“Sebetulnya itu terlahir dari keresahan atas kondisi di tubuh KNPI, jelang Kongres relatif banyak riak yang muncul, baik dari penundaan tanggal pelaksanaan sampai penundaan lokasi/tempat Kongres, Akumulasi persoalan lainnya, karena dualisme KNPI juga menyumbang lahirnya kesimpulan buruk terhadap KNPI, itu artinya sebagai organisasi yang dinamis KNPI harus melakukan perbaikan citra, lebih aktif dan optimal lagi dalam menjalankan agenda organisasi,” jelasnya.
Harapannya, tambah Amas, Kongres XV dapat melahirkan pemimpin yang menjadi jembatan, bukan sekat di internal KNPI. (red)
Ini isi surat terbuka yang ditulis Sekretaris DPD KNPI Manado, Amas Mahmud :
SURAT TERBUKA untuk PRESIDEN JOKOWI
Boleh kau hadiri Kongres XV Asalkan Jangan Kau Buat Skandal
PEMUDA Indonesia sedang mengalami krisis keteladanan dan tak henti mencari role model. Kondisi itu terlihat sekarang dengan adanya dualisme di internal Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang kemudia berimbas terhadap tidak ditempatinya Sekretariat DPP KNPI di DKI Jakarta, inilah potret buram yang juga ironi bagi kita pemuda.
Melalui momentum Kongres KNPI XV di Forest Hotel Jl. RE Sumartadireja No. 99 Bogor yang dijadwalkan tanggal 18 – 21 Desember 2018, diharapkan Presiden Republik Indonesia (RI) Ir Joko Widodo (Jokowi) dapat menghadirinya dengan syarat. Tidak membawa agenda terselubung (covert agenda) dalam arena Kongres, hal tersebut dimaksudkan sebagai ikhtiar.
Kecurigaan kita cukup beralasan dengan adanya intervensi pemerintah atas pertumbuhan dan eksistensi organisasi kepemudaan di Indonesia. Cukup membaca dualisme organisasi, konflik internal organisasi yang kebanyakan indikasi terbelahnya memiliki hubungan dengan intervensi serta support kekuasaan.
Agenda tersembuyi (hidden agenda) pemerintah memang tidak selamanya angker, jahat dan destruktif Pak Presiden, tapi kebanyakannya ‘menumpulkan’ nalar kritis bagi pemuda. Pemerintah memang dilain pidak memerlukan sinergi, sinkronisasi dan harmoni dalam kerja bersama Ormas/OKP, namun kenyataannya sering kita temui intervensi membawa mudharat yang menyandera independensi organisasi.
Sebagai pengurus KNPI di daerah kami tentu bangga, haru dan mengapresiasi niat baik, wujud kearifan, kepekaan, dan bagian dari pelayanan pemerintah, jika Presiden Jokowi meluangkan waktunya untuk hadir dalam Kongres di Bogor ini. Walau pun, mutasi Kongres ini tidak sedikit meninggalkan luka dan kekecewaan di daerah, terutama bagi para Pemuda/KNPI Aceh.
Kehadiran Presiden Jokowi juga merupakan bagian dari political will (kemauan politik) yang baik, setidaknya pemerintah sudah mulai mendeteksi dan mendekati starting point guna mencari solusi atas stagnannya gerakan pemuda. Bahkan, tidak stagnan saja, lebih dari itu pemuda/KNPI mengalami degradasi prestasi.
Pada Kongres yang mengusung tema: Satu PEMUDA, Satu INDONESIA, Satu Dalam PERBEDAAN, diharapkan menjadi kekuatan dan energi baru bagi KNPI. Bukan mengambil tema dari hasil rekayasa kondisi, atau jualan kata-kata inspiratif, melainkan betul-betul persatuan pemuda dan perbedaan itu diinternalisasi dalam nafas pemuda.
Artinya, hal-hal teknis dan redaksional itu bukan sekedar retoris. Kita semua menghendaki substansinya, merindukan pemuda Indonesi bersatu, meramaikan Kongres dengan festival gagasan berkualitas. Bukan saling tikung, menggadaikan komitmen persahabatan, menumbuhkan hubungan intim politik oportunis. Kongres kali ini menjadi bagian penting bagi Pak Presiden Jokowi, karena diakhir jabatannya, kita berharap ada progress yang luar biasa setelah Kongres ini dilaksanakan.