Antusias Siswa SMAN 1 Bitung Ikut Simulasi Wawancara dan Menulis Berita

Siswa SMAN 1 Bitung saat mengikuti simulasi tekhnik wawancara yang digelar, Selasa (19/9/2023). (Foto: Dokumentasi Jurnalis Pendidikan Sulut)

Bitung, DetikManado.com – Dengan penuh antusias, puluhan siswa SMAN 1 Bitung mengikuti simulasi wawancara dan menulis berita. Sesi ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Pelatihan Jurnalistik Siswa yang digelar, Selasa (19/9/2023).

Kegiatan Pelatihan Jurnalistik Siswa yang merupakan kerjasama SMAN 1 Bitung dan Jurnalis Pendidikan Sulut ini, menghadirkan sejumlah narasumber yang merupakan jurnalis di Sulut.

Bacaan Lainnya

Pemimpin Redaksi (Pemred) infosulut.id Julkifli Madina tampil menyampaikan materi pertama terkait Pers dan Jurnalistik. Ketua JPS ini memaparkan tentang sejarah perkembangan pers sejak zaman Mesir kuno, Romawi, hingga zaman modern, termasuk pers di Indonesia.

“Pers modern muncul setelah ditemukan mesin cetak oleh Johanes Gutenberg tahun 1450. Pria yang tinggal di tepi Sungai Rhein Kota Mainz Jerman, merintis pembuatan mesin cetak,” papar Julkifli Madina.

Dia mengungkapkan, surat kabar pertama yang terbit secara teratur di Eropa di mulai di Jerman tahun 1609 bernama Aviso di Wolfenbuttel dan Relation di Strasbourg. Kemudian pada 1650 terbit surat kabar harian pertama, Einkommende Zeitung di Leipzig Jerman.

“Kalau di Indonesia atau yang zaman Belanda disebut Hindia Belanda, surat kabar pertama berbahasa Belanda yang terbit adalah Bataviasche Nouvelles di tahun 1744-1746. Ini adalah terbitan pertama di Batavia,” papar dia.

Dia juga mengulas tentang pengertian pers sebagaimana diatur dalam Pasal 1 UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Pada prinsipnya, seorang jurnalis melakukan kegiatan jurnalistik yang menyangkut 6M yakni meliputi mencari, memperoleh, memiliki,menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi.

“Fungsi pers adalah memberikan informasi, mengedukasi, hiburan, dan kontrol sosial, serta memiliki fungsi ekonomi. Ini diatur dalam UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers,” ujarnya.

Setelah memaparkan terkait sejarah pers, dia kemudian mengulas tentang pengertian asal usul kata wartawan, jurnalis, dan reporter. Juga bagaimana wartawan menjalankan tugasnya.

“Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik, ini diatur dalam pasal 1, ayat 4 UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers,” papar dia.

Tekait dengan kerja-kerja jurnalistik, dia mengatakan, para prinsipnya wartawan mengerjakan apa yang disebut sebagai 6M. Dalam menjalankan tugasnya, wartawan berpedoman pada UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik.

Materi kedua dipaparkan oleh Pemred DetikManado.com Yoseph E Ikanubun terkait dengan Mengidentifikasi dan Menangkal Hoaks.

“Hoaks adalah informasi bohong. Ada berbagai jenis hoaks, karena itu penting bagi kita mengidentifikasi sekaligus menangkal hoaks,” papar Yoseph E Ikanubun yang juga Ketua Majelis Etik Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Manado Periode 2018-2021 dan 2021-2024 ini.

Kontributor Liputan6.com ini menjelaskan, ada beragam hoaks berupa misinformasi dan disinformasi yang berkembang dan menyebar sehari-hari. Untuk itu, perlu mengenali beragam mis dan disinformasi tersebut.

“Misinformasi adalah informasi yang salah, namun orang yang membagikannya percaya itu benar. Sedangkan disinformasi adalah informasi yang salah dan orang yang membagikannya tahu itu salah. Ini disengaja,” papar Ketua AJI Kota Manado Periode 2012-2015 dan 2015-2018 ini.

Ikanubun yang juga Ahli Pers dari Dewan Pers kemudian memaparkan disertai beragam contoh jenis-jenis misinformasi dan disinformasi yakni satire, konten menyesatkan, konten asli tapi palsu, konten pabrikasi, konten tidak terkait, konten dengan konteks yang salah, serta konten manipulatif.

“Untuk itu, kita perlu mencermati baik-baik konten-konten yang beredar, jangan kita langsung membagikan karena bisa dikategorikan sebagai penyebar hoaks,” ujar Penguji Kompetensi Jurnalis AJI Indonesia ini.

Yoseph E Ikanubun juga memaparkan tentang penyebab munculnya hoaks yang beredar di masyarakat. Dia menyebut, sedikitnya ada 7 alasan beredarnya misinformasi dan disinformasi.

“Penyebabnya adalah jurnalisme yang lemah, buat lucu-lucuan, sengaja membuat provokasi, partisanship, cari duit melalui clickbait – iklan, gerakan politik, dan propaganda,” ujar Ikanubun yang pernah bekerja untuk Harian Komentar tahun 2004-2006 dan Harian Metro tahun 2006 – 2022 ini.

Setelah memberi penjelasan terkait beragam mis dan disinformasi, para peserta kemudian diberi beberapa tips untuk bagaimana menangkal hoaks yang beredar. Mereka juga diberi pemahaman terkait ancaman hukum bagi penyebar hoaks.


Kepala SMAN 1 Bitung Syane Buisang SPd yang diwakili oleh Buyung Antameng menutup secara resmi kegiatan Pelatihan Jurnalistik Siswa. (Foto: Dokumen Jurnalis Pendidikan Sulut)

“Ada ancaman hukuman seperti diatur dalam UU ITE, sehingga kita harus berhati-hati dan bijak dalam menerima dan mengelola informasi yang diperoleh,” ujarnya.

Materi berikutnya adalah Tekhnik Reportase dan Wawancara yang disampaikan oleh Julkifli Madina. Dia menjelaskan tentang definisi reportase dan wawancara, jenis-jenis wawancara, serta hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam sebuah wawancara.

“Menguasai tema yang akan ditanyakan kepada narasumber menjadi salah satu kunci wawancara itu berjalan dengan baik. Jika pengetahuan wartawan tentang tema sedikit, maka akan timbul banyak kesulitan saat melakukan wawancara,” ujarnya.

Setelah materi itu, dilakukan simulasi wawancara terkait program kerja OSIS. Ketua OSIS SMAN 1 Bitung bersama 3 pengurus lainnya diwawancarai oleh sejumlah peserta.

“Wawancara ini hal penting dalam kerja jurnalistik, ini salah satu cara dalam mencari dan memperoleh informasi,” ujar Julkifli Madina.

Para siswa kemudian menuliskan hasil wawancara ini dalam sebuah berita. Sebelum itu, mereka dibekali dengan materi tentang Tekhnik Menulis Berita yang disampaikan oleh Redaktur Pelaksana Barta1.com Ady Putong.

“Berita ini adalah fakta. Menulis berita itu harus memperhatikan struktur, nilai, dan unsur berita,” tuturnya.

Ady Putong juga memaparkan terkait bagaimana menentukan judul, lalu menulis lead atau teras berita sederhana hingga menyusun kerangka berita yang mudah dicerna dengan menggunakan rumus 5W dan 1H, yang merupakan unsur berita.

“Penting menempatkan rumus What, Who, When, Why, Where, dan How dalam sebuah berita,” katanya.

Pada sesi akhir, para siswa diberikan kesempatan untuk menulis 2 berita terkait hasil wawancara dengan pengurus OSIS serta rangkaian kegiatan pelatihan itu. Setelah itu, mereka mempresentasekan berita yang ditulis itu didepan forum. Beberapa berita yang dinilai terbaik oleh para narasumber, diunggah di media online.

“Saya senang dengan pelatihan jurnalistik dan menangkal hoaks ini, kami diberi pengetahuan serta ketrampilan dasar terkait hal tersebut,” ujar Lourdesya Joel, siswi Kelas XII-4, SMAN 1 Bitung.

Rangkaian kegiatan ini ditutup oleh Kepala SMAN 1 Bitung Syane Buisang SPd yang diwakili oleh Buyung Antameng. Dia berharap, semoga materi terkait jurnalistik dan menangkal hoaks bisa berguna bagi para siswa, khususnya dalam menyikapi berbagai informasi yang beredar.

“Bisa saja ada dari para siswa yang kemudian menjadi jurnalis,” ujarnya. (Yoseph Ikanubun)

 


Pos terkait