MANADO, DetikManado.com – Menjelang perayaan ibadah jumat agung, untuk memperingati kematian Yesus Kristus, ratusan jemaat GMIM Kalvary Malalayang, Kelurahan Malalayang Satu, Kecamatan Malalayang, Kota Manado, menggelar ibadah prosesi jalan salib, Kamis (18/04/19) malam.
Pendeta Meike Selanno Kawet M.Theol, saat diwawancarai DetikManado.com, mengatakan “kegiatan Jalan Salib dilakukan untuk mengenang kembali kisah penderitaan Yesus Kristus di atas kayu salib demi umat manusia”.
Pada kegiatan ini, salah satu pemuda anggota jemaat gereja tersebut, berpesan sebagai Yesus, kemudian 2 dua lainnya berpesan sebagai serdadu romawi, mencambuk dan menyiksa Yesus, hingga disalibkan keatas kayu salib.
Pantauan reporter kami, prosesi jalan salib tersebut dimulai pada pukul 18.30 wita, dimana ratusan jemaat turut ambil bagian dalam prosesi ini, masing-masing dari meeka membawa obor dan bernyanyi.
Usai prosesi jalan salib, kegiatan dilanjutkan dengan Ibadah di Gereja GMIM Kalvary, ibadah ini dipimpin langsung pendeta Meike Selanno Kawet M.Theol.
Dalam khorbanya, Pendeta Meike, mengatakan Salib dalam Bahasa Yunani Stauros sedangkan Bahasa latin disebut crux, crusifigo, yang berarti berarti kayu sulaan sebagai alat untuk menghukum mati seseorang.
“Betapa menderitanya orang dihukum salib, menderita fisik, psikis, dan menunggu kematiannya, apalagi Tuhan Yesus, karena di mata orang Yahudi kematian di salib bukan hanya hinaan tapi merupakan kutukan (kitab ulangan 21:23,galatia 3:13b ” terkutuklah orang yang di gantung pada kayu salib),” turutnya.
Lanjutnya, mati di Salib sangatlah memalukan, secara sosial adalah hinaan dan secara religi adalah kutukan, namun sejak gereja purba sampai kini orang kristen tidak malu mengakui bahwa Tuhan Yesus mati secara hina dan terkutuk melalui hukuman salib, karena sadar Yesus telah mengambil alih tempat manusia yang seharusnya.
“Penderitaan Yesus Kristus adalah karena dosa dan kematianNYA, adalah untuk kehidupan manusia, sebab itu salib menghentar umat manusia untuk sadar akan betapa mahalnya pengorbanan Kristus dan betapa tak mampunya umat manusia untuk membayarnya dan membalasnya,” tutur Meike.
Lebih dalam disampaikan, mengucap syukur dan berterima kasih atas kasihNYA, dalam tekad untuk memberi hidup yang semakin mengasihi Tuhan dan mengasihi sesame, serta menjadi berkat semua orang, selamat menghayati dan memaknai hidup dalam
Kristus.
(Mikhael)