Manado – Komunitas Dinding sudah berdiri hampir satu dekade untuk mendidik anak-anak pedagang Pasar Bersehati Manado. Sudah puluhan bahkan mungkin ratusan relawan silih berganti meluangkan waktu untuk mengajar anak-anak tertang berbagai pengetahuan dan juga budi pekerti.
Salah satunya adalah Windy Fahruddin. Wanita cantik alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sam Ratulangi Manado ini memberikan waktunya untuk mengelola Komunitas Dinding. Dia menjadi koordinator di komunitas tersebut.
Ditemui di Kawasan Megamas Manado, awal Mei 2019 silam, Windy mengaku mengelola Komunitas Dinding yang berisi para relawan mempunyai dinamika tersendiri. “Karena ketika sudah menyelesaikan kuliah, ada kemungkinan relawan itu akan berhenti karena pndah kota atau kesibukan lainnya,” ujarnya.
Hal ini terkait dengan bagaimana kesinambungan proses pembelajaran bagi anak-anak. Karena para pengajar ini adalah relawan, maka disepakati agar kepengurusan Komunitas Dinding ini diganti setiap tahun. Supaya program bisa berjalan aktif.
Dengan pola seperti itu, Komunitas Dinding tetap bertahan hingga hampir satu dekade. Sejak berdiri di tahun 2010 silam, sudah begitu banyak relawan yang ikut meluangkan waktu mengajar di Komunitas Dinding.
Meski para pengajar itu tidak dibayar namun banyak anak muda yang ternyata tertarik dengan kegiatan tersebut. “Cara merekrut relawan, ya informasi dari mulut ke mulut. Juga melalui media sosial khususnya facebook dan instagram. Ternyata cukup banyak yang berminat untuk menjadi pengajar,” ujar Windy.
Saat ini relawan yang terdata berjumlah 15-20 orang. Sedangkan yang datang setiap akhir pekannya untuk mengajar ada 10 orang.
Windy mengatakan, agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar, maka sebelum materi dimulai akan didahului dengan memberikan pembekalan kepada para relawan. Hal itu dimaksudkan agar para pengajar mengetahui kondisi anak-anak peserta didik, dan juga terkait dengan materi yang akan diberikan. “Hal ini mengingat para relawan ini bisa bergantian datang setiap minggu. Sehingga kami kawal bagaimana metode pembelajaran dan materi ajar,” tandas Windy.
Dalam pertemuan setiap hari Sabtu itu, selain belajar ada juga waktu untuk bermain. Setelah itu dilakukan evaluasi oleh pengurus Komunitas Dinding terkait kegiatan hari itu.
Lingkungan pasar yang keras diyakini para pengelola Komunitas Dinding turut mempengaruhi karakter dan perilaku anak-anak para pedagang. Karena itulah materi ajar yang diberikan selain menitikberatkan pada pengetahuan umum, juga pendidikan karakter. “Selain bertujuan agar anak-anak bisa membaca, menulis, dan menghitung, kami juga berharap bisa membangun karakter yang baik,” ujar Windy.
Kompleks Pasar Bersehati Manado yang terletak di Kelurahan Calaca, Kecamatan Wenang, Kota Manado, merupakan pasar tradisional yang padat. Tidak ada Sekolah Dasar (SD) di dekat situ. Sementara jumlah anak usia sekolah sekitar 100 orang. 50 di antaranya setiap hari Sabtu mengikuti kegiatan belajar bersama Komunitas Dinding.
Meski namanya Komunitas Dinding, sesungguhnya sekolah ini tidak berdinding. Terletak di lantai 3 salah satu bangunan Pasar Bersehati, kondisi ruangannya cukup memprihatinkan apalagi jika turun hujan. Namun kondisi itu tak menurunkan minat para pengelola Komunitas Dinding untuk berkarya. “Kalau kantor kami di lantai dua, sedangkan lantai tiga yang digunakan untuk belajar,” ujar Windy.
Walau berada dalam kondisi seperti itu, namun aktivitas belajar setiap akhir pekan selalu seru. “Hal ini menjadi penyemangat bagi kami untuk terus berbagi pengetahuan dengan mereka,” pungkasnya.(joe)