Dosen yang mengambil S1 di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga ini menyebutkan, selain rasa bosan yang dialami masyarakat, pengaruh lainnya yaitu faktor ekonomi.
Menurutnya, terdapat sejumlah pekerjaan yang dilakukan ketika pemberlakuan sosial distancing, misalnya work from home atau bekerja dari rumah.
“Tapi ada beberapa pekerjaan yang memungkinkan orang untuk harus tetap aktif di lapangan (tempat kerja),” kata Kaumbur.
Ia menyatakan pandangan psikologis terhadap penerapan protokol kesehatan saat ini yaitu masyarakat sudah melek teknologi, mulai dari orang yang berusia muda hingga tua. Akan tetapi baginya, akan sangat sia-sia kalau teknologi itu tidak digunakan.
“Apa yang terjadi saat ini adalah bahwa penerapan teknologi untuk implementasi dari protokol kesehatan atau penyadaran publik ini masih kurang di Manado,” tutur dosen yang melanjutkan S2 di Universitas Tujuh Belas Agustus Surabaya ini.
Namun, ada sejumlah daerah yang mulai melakukan penyadaran bagi publik terkait penerapan protokol kesehatan, akan tetapi kurang intens untuk dilakukan.
“Selain itu juga, informasi tentang perkembangan Covid-19 sudah tidak terlalu besar, bukan berarti bahwa kita butuh informasi itu untuk menakut-nakuti warga,” sebut Kaumbur.
Ia pun menyarankan agar paradigma perkembangan Covid-19 yang menakuti masyarakat diubah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang jelas tentang Covid-19 dan bahayanya melalui media sosial, sehingga menjadi penting dan memudahkan orang untuk mengetahuinya.
“Orang kalau misalnya diberikan informasi Covid-19 terus-menerus di sosial media, tiap kali buka dapat info begini-begitu, orang akan lebih mudah memahami atau masuk ke dalam pikirannya,” pungkas Kaumbur. (rf)