Saya adalah penggemar berat olahraga tenis lapangan meskipun tidak lagi main, namun terus mengikuti perkembangan olahraga dengan raket besar ini sejak 1986. Hitung-hitung sudah lebih dari 33 tahun saya mencintai olahraga dan sebagai gantinya saya rutin main tenis meja sebagai ganti ‘lapangannya’.
Selang masa lebih dari tiga dekade ini, beragam tipe pemain tenis saya amati dan bermacam game saya tonton. Tak lepas juga final Grandslam Wimbledon 2019 tunggal putera yang mempertemukan si jago tua, Roger Federer dan pemilik ranking satu dunia saat ini, Novak Djokovic. Saya pun rela menonton hingga subuh untuk pertandingan yang memakan waktu hampir 5 jam ini.
Dalam pertandingan yang menurut saya dapat dikategorikan ‘epic battle’ ini sungguh menyajikan permainan super kelas dunia. Kedua pemain mengeluarkan seluruh kemampuan dan skills tingkat dewa mereka. Namun demikian, saya harus katakan ada faktor ‘Luck & Determination’ (Keberuntungan dan Kegigihan) yang berpihak pada Novak Djokovic sehingga mampu memenangkan pertandingan puncak ini dengan skor yang spektakuler 7-6, 1-6, 7-6, 4-6, 13-12 dan mencatat waktu terlama dalam sejarah tennis Wimbledon.
Kedua pemain saling bergantian mengalahkan dan mengejar angka. Seperti yang saya sebutkan diatas, faktor Luck & Determination menjadikan Djokovic pemenang 2019. Bagaimana tidak? Federer sempat mencapai 2 (dua) Championship points saat kedudukan 40-15 di set kelima saat unggul 8-7. Sayang sekali, dia tidak mampu meraihnya; faktor keberutungan tidak berpihak kepadanya. Dua point berharga ini hilang dan Federer tidak dapat menutup final ini dengan kemenangan manis.
Di lain pihak, Novak Djokovic menunjukkan determinasi yang sangat tinggi dengan tidak mudah menyerah di saat dalam tekanan. Dia tetap menunjukkan sikap tenang dan optimis untuk meraih kemenangan. Pertandingan belumlah usai sebelum memang usai adanya. Saya pun beranggapan bahwa Federer sudah pasti memenangkan epic battle ini saat dia mencapai championship points. Seluruh penonton baik langsung maupun tidak langsung begitu terkejut dengan berbaliknya fakta bahwa Djokovic yang keluar sebagai pemenang.
Dengan demikian, saya berkesimpulan bahwa hampir mencapai garis finish bukan berarti kita telah menyelesaikan tugas. Kita harus mencapainya bukan hanya ‘hampir mencapai’. Saya ambil hikmat dalam pertandingan ini bahwa sikap determinasi (kegigihan) harus terus kita pegang dan jangan pantang menyerah sebelum semuanya selesai.
Berkaca dari pertandingan ini, saya berpikir, memang betul kita kadangkala diuntungkan oleh faktor keberuntungan dalam mencapai atau memiliki sesuatu. Namun, tanpa adanya kegigihan semuanya juga tidak akan berhasil.
Dan untuk kali ini, kedua faktor “Luck & Determination” menjadi milik Djokovic. Kita pun dapat memiliki dua faktor ini… asalkan kita mau maju, terus belajar, dan pantang menyerah.(***)