Manado, DetikManado.com – Stres bisa sangat berbahaya bagi kesehatan seseorang, menyebabkan berbagai masalah mulai dari tekanan darah tinggi hingga penyakit jantung.
Para peneliti sekarang menemukan bahwa stres yang tinggi dapat meningkatkan risiko masalah kognitif di antara orang-orang setelah usia 45 tahun. Jadi, bagaimana mengelola ketegangan mental adalah hal yang penting.
Seperti dikutip DetikManado.com dari medicaldaily.com, WHO mendefinisikan stres sebagai keadaan khawatir atau ketegangan mental yang disebabkan oleh situasi yang sulit. Karena stres adalah respons alami manusia terhadap tantangan dan ancaman dalam hidup kita, hampir setiap orang mengalaminya sampai taraf tertentu. Namun, cara seseorang merespons stres menentukan bagaimana hal itu dapat memengaruhi kesehatan.
Inilah cara tubuh Anda memberi tahu Anda saat Anda stress, sakit kepala, insomnia, gugup dan gemetar, detak jantung yang cepat, perubahan nafsu makan, ketidakmampuan untuk fokus. Kemudian sakit perut, masalah pencernaan, depresi dan kecemasan.
Gangguan kognitif dan stres
Gangguan kognitif adalah ketika seseorang mengalami kesulitan mengingat, mempelajari hal-hal baru, berkonsentrasi, atau membuat keputusan yang memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa usia adalah salah satu faktor terbesar untuk gangguan kognitif.
Namun, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network menemukan bahwa penurunan kognitif lebih besar terjadi pada orang yang stres tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan ras.
Para peneliti menganalisis 24.448 orang berusia 45 tahun ke atas, yang juga merupakan peserta dalam studi kesehatan otak jangka panjang yang berkelanjutan. Sekitar 23% peserta melaporkan tingkat stres yang tinggi.
Mereka kemudian menemukan bahwa peserta dengan stres tinggi 37% lebih mungkin memiliki masalah kognitif.
“Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan independen antara stres yang dirasakan dan gangguan kognitif yang lazim dan terjadi. Temuan ini menunjukkan perlunya skrining rutin dan intervensi yang ditargetkan untuk stres di antara orang dewasa yang lebih tua,” tulis para peneliti.