Oleh: Ni Made Eri Mulyaningsih (Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja-Komunitas Penulis Art & Culture)
Adanya kebijakan baru yang telah ditetapkan oleh pemerintah bahwa kita saat ini harus berdamai atau bersahabat dengan Covid-19 dan menyambut budaya baru di tengah pandemi ini cukup menggemparkan. Mengapa demikian? Karena seperti yang kita ketahui bahwa setelah pandemi ini berakhir, kita akan beradaptasi kembali dengan budaya yang tidak biasa kita lakukan dan kita diwajibkan untuk mengubah pola budaya yang kita anggap tidak biasa menjadi biasa. Setidaknya dengan adanya Covid-19 ini, yang diharapkan oleh pemerintah adalah bahwa kita sebagai manusia dapat mengambil hikmah dan pembelajaran dari dari Covid-19 ini.
Terkait dampak dan pengaruh pandemi Covid-19 terhadap perubahan pada masyarakat serta kehidupan kesehariannya, diharapkan oleh pemerintah hanya sementara saja, dari segi kebijakan lockdown di beberapa daerah selain itu juga karantina maupun pembatasan. Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan runtuhnya perekonomian masyarakat karena ketidaklancaran penghasilan masing-masing orang.
Nah yang patut kita bincangkan saat ini ialah mengenai kebijakan pemerintah dalam menyambut budaya baru pasca pandemi ini terjadi. Jadi seperti yang dikatakan Bothwell dari Toffler Associates, “tidak ada yang bisa menghindar dari perubahan, tapi bagaimana pun kita akan berubah. Namun tergantung bagaimana kita dapat melihat diri kita sendiri sebagai individu maupun kelompok dalam kekinian”.
Artinya sebuah perubahan itu pasti selalu ada dan tidak mungkin tidak terjadi dalam kehidupan ini, namun itu tergantung pada siap tidaknya kita menyambut perubahan yang terjadi nantinya, suka maupun tidaknya pada intinya corona ini telah menciptakan sebuah keseimbangan baru dalam berbagai segi baik itu ekonomi, social, budaya maupun kesehatan.
Dari segi budaya, dalam dua atau tiga bulan terakhir timbul berbagai kosakata baru selama pandemi diantaranya pembatasan social, karantina wilayah, himbauan stay at home, stay safe dan stay care. Sederet kosakata tersebut saat ini pastinya tidaklah asing bagi kita, dan virus corona ini perlahan membuat rasa kepedulian kita meningkat, buktinya banyak inisiatif spontan baik itu dari kalangan pejabat, artis maupun masyarakat yang terbilang kaya itu turut membantu sesamanya yang membutuhkan dan bergotong royong untuk saling toleransi, saling intropeksi diri untuk memerangi atau melawan virus agar tidak masuk ke dalam wilayahnya. Bukan hanya itu saja, budaya baru yang booming sekarang ini lebih ke alat digital yang dimana seluruh masyarakat diharapkan dapat mengaplikasikan social media dengan bijak dan pintar dalam penggunaanya dan pastinya masih banyak budaya baru yang akan kita telusuri bersama.
Kita tidak tahu kapan virus ini benar-benar berakhir, namun setidaknya wabah ini telah menyentuh rasa kepedulian serta kemanusiaan beberapa masyarakat dan dengan rasa kemanusiaan yang kita miliki dapat mampu melawan ancaman corona virus. Jangan takut menghadapi perubahan dan jangan ragu untuk melakukan hal positif karena segala pencegahan dimulai dari kita sendiri dan tunjukkan bahwa semuanya sudah terjadi atas kehendaknya dan kita sebagai manusia yang harus menyadarkan sesama untuk menerima dan ikhlas menjalankan kebijakan yang telah ditetapkan. Dengan hal itu, saya mengajak masyarakat Indonesia untuk memiliki prinsip “Sharing is Caring!” karena berbagi itu adalah hal yang indah untuk dilakukan.
Akhirnya dapat disimpulkan, setiap orang harus siap untuk menyambut adanya budaya baru, dan tidak sebatas berdamai dengan Covid-19. Kunci utamanya terletak pada setiap individu, cara berpikirnya dan cara mengatasinya. Tentu dengan melaksanakan protokol kesehatan dan selalu tidak menganggap remeh semua anjuran pemerintah. Semoga kita bisa mengatasi masa sulit ini dengan persatuan dan kebersamaan. (*)