Manado, DetikManado.com – Penasehat Badan Pengurus Nasional (BPN) Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi di Indonesia (Peruati) Pdt Ruth Ketsia Wangkai MTh mengatakan, salah satu upaya pencegahan kekerasan seksual adalah dengan merubah mindset dan perspektif.
“Peruati bekerja untuk menghapus kekerasan seksual. Apa cara kita menurunkan jumlah kasus? Jika kerja-kerja advokasi dan penanganan kasus dikerjakan lembaga lain, kami ambil ruang perubahan mindset dan perspektif,” ungkap Ruth dalam diskusi publik yang digelar di aula terpadu Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, Selasa (10/03/2020).
Ruth mengungkapkan, 90 persen anggota Peruati di seluruh Indonesia adalah pendeta jemaat yang memiliki basis umat. Nah ruang ini yang kemudian diisi oleh Peruati dengan perspektif feminis kritis. “Karena ketua jemaat ini punya umat dan basis, maka mindset dan perspektif yang baik tentang feminis akan mempengaruhi jemaatnya,” papar Ruth yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua BPN Peruati selama 2 periode.
Dia mengungkapkan, apa yang dilakukan pihaknya selalu berangkat dari pengalaman, kitab suci selalu kedua. Feminis sebagai pandangan dan ideologi perjuangan. “Feminis itu nilai yang sudah dibebaskan, kesetaraan dan anti diskriminasi,” ujarnya.
Dalam kaitannya dengan kekerasan seksual terhadap perempuan, lanjutnya, ideologi patriarki adalah awal kekerasan. Dan hal itu sudah terinternalisasi selama ribuan tahun. “Maka perlu perubahan mindset. Perjuangan gender, tidak hanya gender biner. Karena perjuangan Peruati untuk semua,” ujarnya.
Ruth mengungkapkan, dalam beberapa pandangan yang berseberangan juga disebut berlandaskan teologi. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana jika teologi itu menindas? Maka harus dibongkar. “Karena jika tidak dibongkar, itu bisa dipakai untuk menindas,” tandasnya.
Terkait itu maka yang dilakukan oleh pihaknya adalah apa yang disebut dengan membaca Alkitab dengan mata baru. Ini yang diharapkan mengubah mindset dan perspektif yang selama ini diskriminatif. “Meski kami mendapat resistensi, bukan cuma dari publik tapi juga pemimpin gereja,” ujarnya.
Diketahui dalam diskusi yang dipandu oleh Ketua KOPRI Cabang Metro Manado Nurila Lasene ini, selain Ruth, juga menghadirkan pembicara Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sulut Ir Mieke Pangkong MSi, Wakil Rektor I IAIN Manado Dr Ahmad Rajafi Sahran, Wakil Rektor III IAIN Manado Musdalifah Dachrud SAg MPsi, dan Ketua PSGA IAIN Manado Lies Kryati MEd. (joe)