Kepala Biro Ekonomi Provinsi Sulut, Hanny Wayong yang membacakan sambutan Gubernur Olly Dondokambey menyebut hendaknya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini tidak hanya dimaknai dalam konteks tradisi dan perayaan seremonial semata, melainkan sungguh-sungguh dimaknai sebagai momentum yang tepat bagi umat Islam untuk semakin memperkokoh iman dan taqwa. “Dan ini harus teraktualisasi di tengah-tengah kehidupan sehari-hari, baik melalui sikap hidup yang saling menghargai sesama ciptaan Tuhan,” ungkap Wayong.
Dalam tauziyahnya, Ustadz Dr KH Ahmad Rajafi MHI saat menyampaikan kenapa yang diperingati adalah hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, dan bukannya kematian seperti lazimnya sekarang ini.
Dia kemudian mencontohkan adanya peringatan 3 hari setelah kematian, 7 hari, 100 hari dan setahun atau yang lebih dikenal dengan istilah Haul. Karena saat kelahiran Nabi Muhammad SAW telah membuat situasi gelap gulita dengan peperangan menjadi terang benderang karena membawa cahaya dari Allah SWT. “Banyak orang yang berlaku zhalim saat itu tapi bertobat setelah adanya cahaya dari Allah SWT,” terang Ustadz Rajafi.
Mengenai bagaimana mempererat ukhuwah Insaniyah seperti dalam peringatan maulidan ini, dia mengatakan Nabi Muhammad SAW telah melakukannya saat di Madinah. Lanjutnya, nabi tidak menggunakan Islam saat menyatukan berbagai kelompok agama dengan memunculkan Piagam Madinah. “Seperti sekarang ini di Sulawesi Utara yang dikenal dengan slogan Torang Samua Basudara, Torang Samua Ciptaan Tuhan, dan juga dalam falsafah negara Pancasila. Jadi dengan menghilangkan kata Islam untuk menyatukan semua agama, suku dan golongan,” ungkapnya. (joe)