SAYA banyak membaca cerita inspirasi yang dapat dijadikan teladan bersumber dari kehidupan hewan. Terdengar agak aneh bagi kita manusia untuk mengambil inspirasi dari hewan yang nyata-nyatanya ‘tidak punya otak’. Namun, tidak ada salahnya untuk mencontoh sifat hewat tertentu yang dapat dijadikan pelajaran hidup. Setidaknya, saya orang yang sangat terbuka untuk sesuatu yang postif dan dapat mengembangkan karakter diri. Kali ini, saya akan membahas karakter dari seekor ayam betina yang dapat menjadi inspirasi bagi anda.
Berbeda dengan si ayam jago (jantan), saya lebih suka memanggil si betina dengan sebutan si elegan. Kenapa? Karena karakter ini terpampang nyata dalam diri si betina. Si betina elegan karena memiliki tiga karakter utama; exclusive (eksklusif), resourceful (mampu mengajari), dan anticipative (mampu mengantisipasi). Mari kita lihat bagaimana sifat ini tercermin pada si betina.
Exclusive
Secara teori, ayam betina akan mengerami telurnya kurang lebih 21 hari hingga menetas. Sejak kecil saya punya banyak ayam betina dan sudah berpuluh kali juga saya melihat mereka menetaskan telur-telurnya. Apa yang menarik? Ternyata berat tubuh si betina akan berkurang drastis selama masa eraman. Kenapa? Di sinilah sifat exclusive ditunjukkan oleh si betina. Dia akan sabar mengeram dan bahkan rela untuk tidak turun makan beberapa hari demi melindungi calon ayam baru. Sebagai dampak akan hal ini, bentuk tubuhnya akan kembali langsing.
Selain itu, si betina akan memberikan peringatan khusus melalui suara dan bulunya jika merasa ada yang akan mengganggu keamanan telur eramannya. Kesimpulannya sifat exclusive si betina terlihat dari campuran sifat sabar dan protektifnya. Kesabaran merupakan salah satu kualitas utama dalam kehidupan. Kesabaran erat hubungannya dengan daya tahan kita dalam menghadapi cobaan ataupun cara kita bangkit dari kegagalan hidup. Pertanyaannya, seberapa ‘persistent/kuat’ dan sabar kita menjalankan masa-masa ‘pencobaan’ tersebut?
Ayam betina saja sabar menunggu untuk menetaskan telurnya. Dia tidak berhenti mengerami sebelum telurnya menetas. Pernah sekali saya menggantikan telur eramannya dengan telur bebek. Sudah pasti secara teori telur bebek akan menetas lebih lama (kurang lebih 28 hari).
Apakah si betina menyerah sesudah 21 hari? Tidak. Ia akan terus mengerami hingga telur bebek tersebut menetas. Ternyata si betina tidak menghitung-hitung pengorbanannya. Dia terus berjuang hingga sukses.
Resourceful
Saat anak ayam masih kecil, si induk ayam akan tidur di atas tanah di tempat tersembunyi. Si induk tahu anak-anaknya belum mampu untuk terbang. Dan pada masa tertentu, dia akan mengajari anak-anaknya untuk memanjat pohon saat malam tiba. Bagaimana caranya? Si induk biasanya terbang ke atas pohon terlebih dahulu, berkotek-kotek, kemudian turun lagi, dan melakukan itu selama beberapa hari hingga seluruh anak ayam bisa naik ke pohon. Jika ada salah satu anaknya yang masih belum bisa naik, si induk akan turun dan menuntun kembali anaknya hingga semuanya berhasil.
Begitu juga dengan kehidupan kita ada saatnya kita harus mampu menjadi penunjuk jalan bagi orang lain untuk mandiri dan tidak terus bergantung pada bantuan. Namun lebih dari itu, kita harus mampu mentransformasikan kehidupan orang lain ke tahapan yang lebih baik. Saat ini yang kita butuhkan bukan hanya motivasi hidup tetapi juga bagaimana mentransformasikan kehidupan kita.
Anticipative
Ada hal menarik lain yang saya amati saat induk ayam bermain-main dengan anak-anaknya dan tiba-tiba bahaya mendekat. Entah mereka didekati oleh kucing, ular, ataupun elang. Si induk akan kembali berkotek dengan bunyi khusus, yang hanya dimengerti sesama ayam, untuk menyampaikan bahwa ‘kita dalam bahaya’. Bunyi yang dikeluarkan si induk untuk memanggil makan dan bunyi peringatan bahaya sungguh berbeda. Dalam situasi bahaya selain mengeluarkan suara khusus, si induk kemudian akan berputar-putar melindungi anak-anaknya hingga bahaya berlalu. Jika perlu si induk akan menyerang si pengganggu ketenteraman dan keselamatan anak-anaknya.
Sering saya terkagum-kagum dengan keberanian si induk ayam dalam melancarkan serangan meskipun pengganggunya sangat buas dan lebih besar, si induk tidak akan gentar.
Begitulah dengan kita dalam mengembangkan keterampilan/skills. Kita harus mampu melihat tanda-tanda yang akan menghentikan perkembangan diri atau bahkan hal-hal yang akan menghancurkan studi/karir kita. Kita harus mampu mengantisipasi bahkan memasang strategi untuk menghentikan atau meminimalisir penghalang yang akan menghancurkan langkah kita ke kehidupan yang sukses.
Jangan takut untuk ‘menyerang’ pengganggu kehidupan kita. Jika kita tidak berani menantang tantangan maka kita tidak akan pernah mampu membuktikan bahwa ‘I myself am the controler of my life’. Sayalah yang harus mengkontrol kehidupan saya dan bukan oleh orang lain. Semoga cerita inspiratif ini dapat menjadi suatu motivasi hidup bagi anda.(***)
Oleh: Teddy Tandaju, MBA (Adv).
Certified Business Coach & Dosen Fakultas Ekonomi