Manado, DetikManado.com – Upaya mewujudkan Manado sebagai kota pariwisata yang ramah air selayaknya lebih diperhatikan oleh segenap masyarakat. Secara geografis Kota Manado sangat strategis. Karena dilalui oleh 5 sungai besar dan diapit oleh perbukitan.
Seperti hasil kajian Josia Lempoy, yang dipaparkan pada seminar presentasi dan diseminasi Hasil Kajian Pembangunan 2019, pada Senin (16/12/2019) di Swiss Bell Hotel Manado.
Menurutnya, sangat diperlukan upaya membangun kota pariwisata yang ramah air di Manado. Karena dengan ini, Manado akan semakin nyaman dan terbebas dari kondisi di mana air tidak bersahabat, atau sering disebut 3 masalah klasik air. “Seperti banjir, kekeringan, maupun pencemaran air,” ujar konsultan yang juga dosen Perencanaan Wilayah Kota (PWK) UNiversitas Teknologi Sulawesi Utara (UTSU) Manado ini.
Dia menambahkan, sebenarnya 3 masalah klasik air ini, dapat diatasi jika diperhatikan dengan baik oleh semua pihak. Baik masyarakat maupun pihak-pihak terkait. “Pemanfaatan lahan yang kurang tepat dapat mempersempit lahan penyerapan air, sehingga dapat mempengaruhi kondisi air itu sendiri,” tandasnya.
Dia menambahkan, setiap masyarakat perlu memperhatikan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Daerah Hijau (KDH) dalam setiap kegiatan pembangunan. “Ini bermaksud agar kondisi lingkungan tetap terjaga,” terangnya pada sesi materi terakhir.
Dia berharap dengan kesadaran masyarakat dalam menjaga dan memelihara kondisi ramah air ini, dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang datang berkunjung di Kota Manado.
Diketahui, materi ini disampaikan pada kegiatan seminar yang dilaksanakan oleh Balai Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Kota Manado, Senin (16/12/2019). Kegiatan ini dibuka oleh Wali Kota Manado Vicky Lumentut diwakili oleh Asisten 2 Bidang Perekonomian dan Pembangunan Nora Lumentut. (tr-02)